Membangun Kebesaran Hakiki sedari Pendidikan Usia Dini

"Tidak mungkin. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung persaudaraan, jujur dalam berucap, menanggung orang lemah, menjamu tamu, dan membantu kesulitan-kesulitan hak orang lain," ujar Khadijah radhiyallah ‘anha.

Saat itu Baginda Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam tiba-tiba pulang dari Gua Hira. Bukan hanya tiba-tiba ternyata, tapi beliau gugup dan menggigil hebat. Khadijah radhiyallah 'anha berusaha tetap tenang, lalu menghibur Baginda Rasulullah shallallah ‘alaih wa sallam sembari mengungkapkan kata-kata bersejarah tersebut.

Kata-kata Khadijah radhiyallah 'anha bersifat refleks, jauh dari retorika ataupun penyusunan syair. Sebagai istri, tentu beliau kaget dengan kondisi suami yang jauh dari biasanya, sangat ekstrem. Apa yang melekat di benak itulah akhirnya yang langsung diungkapkan.

Tergambar dengan gamblang akhlak Baginda Rasulullah shallallah ‘alaih wa sallam. Beliau tidak sekali dua kali menunjukkan kebaikan dan kedermawanan, tapi sudah sedemikian lekat. Sehingga kapanpun dan dimanapun beliau selalu demikian.

KLIK DI SINI Informasi Sekolah Hidayatullah Yogyakarta

Kebaikan dan kedermawanan Baginda Rasulullah shallallah ‘alaih wa sallam sudah banyak diulas ulama, cendekiawan, dan sejarawan. Berbagai perspektif digunakan. Salah satunya keberpihakan.

Dari kata-kata bersejarah Khadijah radhiyallah ‘anha tersebut, dapat ditangkap keberpihakan Baginda Rasulullah shallallah ‘alaih wa sallam kepada perdamaian serta kebenaran. Hebatnya lagi beliau proaktif dan responsif, tidak pasif hanya menunggu, tidak pula lambat merespon. Dalam konteks modern, beliau memiliki orientasi sekaligus energi aksi untuk menapaki orientasi tersebut.

Orientasi dibangun dengan kejernihan hati dan ketajaman pikiran. Sementara energi aksi didapatkan dari kesehatan mental, didukung kesehatan fisik. Apalagi jika ada pihak-pihak yang memompakan motivasi, energi aksi akan semakin besar. Salah satunya berasal dari keluarga.  

Merunut ke kehidupan awal Baginda Rasulullah shallallah ‘alaih wa sallam, ditemukan fase-fase penting yang mengkonstruksi kehidupan beliau secara keseluruhan. Salah satunya fase kanak-kanak beliau di pedesaan yang relatif bersih dari jahiliyah. Fase ini memungkinkah beliau untuk memiliki kejernihan hati, ketajaman pikiran, sekaligus kesehatan.

Di fase berikutya, kehidupan beliau senantiasa dijaga oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Perkara-perkara hedon tidak pernah menyentuh beliau. Salah satu momen yang masyhur adalah beliau ditidurkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebelum sebuah pertunjukan dimulai.  

Berpijak dari uraian tersebut, kiranya perlu setiap anak muslim mendapatkan kesempatan di pendidikan anak usia dini dan dasar dengan nilai-nilai Islami. Berikutnya pendidikan terbaik senantiasa menjaganya dari polusi hedonisme. Semoga bangunan jiwanya mantap. Orientasi dan energi aksi berpadu baik.

Jika tidak demikian, maka dimungkinkan terjadi tiga kemungkinan. Ketiganya jauh dari ideal. Pertama, orientasinya benar tapi energi aksinya kecil. Kedua, orientasinya tidak benar tapi energi aksinya besar. Ketiga, orientasi salah dan energi aksinya kecil.

Dalam hal ini, teringatlah sebuah ungkapan yang dinisbatkan kepada Umar bin Khaththab radhiyallah ‘anh, “Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari orang bertakwa yang lemah, dan dari orang fasiq yang kuat.”

Teringat pula pernyataan Buya Ahmad dalam Tafsir Sinar, "Kebesaran seseorang karena akhlak adalah kebesaran hakiki. Dirinya akan senantiasa besar kapanpun dan dimanapun." 

Wallah a’lam.  

Teriring ucapan Milad ke-25 kepada Kelompok Bermain dan RA Terpadu Yaa Bunayya Kebumen

Powered by Blogger.
close