“Cracka”: Remaja Peretas CIA dan Bela Palestina


Dikutip dari media
Hidayatullah.com | KANE GAMBLE, nama yang mungkin kurang familiar, tetapi alias online-nya, “Cracka”, sempat mengguncang dunia keamanan siber. Remaja asal Leicestershire, Inggris ini menjadi otak di balik kelompok peretas “Crackas With Attitude” (CWA) yang berani menargetkan pejabat tinggi intelijen dan pemerintahan Amerika Serikat. Yang menarik, perjalanannya juga mencatatkan dukungan terhadap Palestina sebagai bagian dari motivasi “hacktivism”-nya.

Sekitar tahun 2015-2016, Gamble, yang saat itu berusia 16-17 tahun, membentuk atau menjadi anggota kunci kelompok CWA. Ia mengasah teknik peretasan dan rekayasa sosial di forum-forum bawah tanah.


Mereka bukan peretas biasa, melainkan memiliki target ambisius: lembaga intelijen dan pejabat tinggi AS.

Dengan teknik rekayasa sosial yang canggih—seperti menelepon penyedia layanan internet dan berpura-pura sebagai petugas IT—CWA berhasil membobol akun email pribadi dan data sensitif milik tokoh-tokoh penting, termasuk Direktur CIA John Brennan, Direktur Intelijen Nasional James Clapper, dan mantan Direktur FBI Robert Mueller.

Kelompok ini terkenal menggunakan teknik rekayasa sosial untuk memanipulasi orang agar memberikan data sensitif, bukan dengan serangan teknis yang canggih.

Data yang mereka curi, termasuk dokumen rahasia dan kredensial login, kemudian disebarkan ke publik. Tujuannya adalah untuk mempermalukan pemerintah AS dan menunjukkan kerentanan sistem keamanan mereka.

Motivasi Politik dan Keterkaitan dengan Palestina
Motivasi utama di balik aksi peretasan Gamble adalah untuk mendukung Palestina. Menurut laporan yang diterbitkan oleh The Guardian, Gamble menyatakan ia ingin “meningkatkan kesadaran akan masalah di Palestina dan perang di Irak.”

Berikut adalah beberapa aksi dan klaim yang terkait dengan isu Palestina:

Target Berbasis ‘Israel’: CWA pernah meretas akun email milik Ehud Barak, mantan Perdana Menteri ‘Israel’, dan membocorkan dokumen-dokumen sensitifnya. Mereka juga mengklaim telah membobol sistem Kementerian Luar Negeri ‘Israel’.

Narasi Anti-Zionisme: Dalam pernyataan mereka, CWA secara vokal mengecam kebijakan ‘Israel’ dan menyamakan peretasan mereka sebagai “cyber retaliation” atau pembalasan siber.

Aktivisme Digital: Meskipun aksinya ilegal, Gamble melihatnya sebagai bentuk hacktivism—aktivisme melalui peretasan—untuk menyuarakan protes terhadap dukungan AS terhadap penjajah ‘Israel’.

Pada April 2018, di usia 20 tahun, Gamble dijatuhi hukuman dua tahun penjara oleh pengadilan Inggris. Dia mengaku bersalah atas delapan tuduhan peretasan dan pemerasan terkait serangan CWA.

Kasus ini menjadi peringatan nyata tentang kerentanan sistem digital bahkan di tangan individu muda, serta bagaimana ranah siber telah menjadi medan baru untuk ekspresi perang masa kini.

Kisah Gamble menyoroti bagaimana isu global seperti penjajahan Palestina bisa menemukan ekspresi di dunia maya.*


Powered by Blogger.
close