Antisipasi Jeratan Haram

Baginda Rasulullah shallallah 'alaih wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, "Setiap anak Adam memiliki kesalahan. Sedangkan sebaik-baik orang yang memiliki kesalahan adalah bertaubat."

Hadits tersebut memberikan gambaran bahwa setiap orang berpeluang berbuat salah. Kecil atau besar, berdampak dosa atau tidak, peluang berbuat salah selalu terbuka. Oleh karena itu hendaklah solusinya senantiasa dicatat: Taubat.


Dari sisi individu, taubat mengantarkan seseorang untuk menyesali kesalahannya. Salah satu wujudnya istighfar. Berikutnya ia memperbaiki kesalahannya. Jika berkaitan dengan ganti rugi material, hendaklah ia mengganti semampunya. Jika kesalahannya berkaitan hukum pidana, ia diharapkan menjalani dengan sebaik-baiknya.

Berat? Iya. Oleh karena itu hendaklah setiap orang perlu diberi pemahaman sekaligus latihan untuk meminimalkan kesalahan. Jangan sampai kesalahan yang diperbuat berbuntut panjang.

Peran komunitas, keluarga dan masyarakat, sangat penting. Bimbingan, pengawasan, dan pengendalian perlu dilakukan bersama. Semoga kondusivitas terjaga.

Selain itu hendaklah komunitas mempersiapkan langkah-langkah kuratif jika kesalahan terjadi, terutama kesalahan berat dengan indikasi adanya korban. Pertama, langkah apa yang perlu disiapkan untuk menangani korban? Kedua, langkah apa yang perlu disiapkan untuk menangani pelaku? Ketiga, bagaimana agar permasalahan antara pelaku dengan korban tidak melebar?

Korban tentu perlu didampingi. Trauma perlu ditangani. Sehingga kesehatan mental korban terjaga. Jika ada kerugian material, korban bisa ditanya lalu diupayakan mediasi untuk mendapatkan ganti rugi.

Adapun pelaku perlu ditangani dengan adil. Jika memang terbukti bersalah, hukuman bisa dijatuhkan. Sebaliknya jika tidak terbukti bersalah, maka pelaku dibebaskan. Jika pelaku bersalah pada sebagian perkara, maka sebagian masalah ini yang diselesaikan.

Berikutnya jika memungkinkan, pelaku menjalani terapi mental agar kesalahan berat yang dilakukan tidak mengendap menjadi karakter. Karena jika sudah karakter, kemungkinan besar kesalahan akan berulang. Bahkan terbuka peluang, ada peningkatan. Tidak sekedar jadi pelaku, tapi kini yang bersangkutan menjadi pemimpin dan mentor kejahatan. Na'udzubillah.

Terapi mental diharapkan menyeluruh. Ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyahnya disentuh. Di aspek ruhiyah, selain perihal iman, pengendalian keinginan dan emosi menjadi penting untuk dikuatkan. Di aspek aqliyah, wawasan luas dan mendalam perlu disuburkan. Agar kebijaksanaan lebih mewarnai tindak laku, tidak sekedar menuruti pikiran-pikiran sesaat. Sementara di aspek jasadiyah, kiranya kesehatan tubuh lebih dibangun. Bukan hanya dalam hal otot dan alat gerak lainnya, tapi juga bagian dalam seperti syaraf dan pencernaan. Karena bisa jadi kesehatan organ dalam tubuh memberi pengaruh yang tidak bisa diabaikan.

Menghukum merupakan tindakan yang bisa diambil tetapi hendaklah bukan satu-satunya tindakan. Karena kesalahan, apalagi kejahatan, bersumber dari interaksi kompleks internal manusia. Bahkan dalam beberapa kasus, faktor eksternal ikut mewarnai. Sebagaimana telah disampaikan, berbagai terapi perlu dilakukan.

Sisi lain yang juga penting adalah memberikan komunitas baru, jika komunitas lama sudah sangat merusak. Catatannya komunitas baru ini memiliki kultur positif yang sangat kuat. Sehingga ada pengaruh positif kepada orang yang ditempatkan di komunitas baru ini. Bukan sebaliknya, komunitas terpengaruh keburukan dari orang baru.


Sementara itu jika kesalahan itu ringan, diindikasikan dengan tidak ada korban dan tidak berdampak dosa, memaafkan semoga jadi terapi terbaik. Berikutnya dibukakan peluang beramal shaleh kepadanya. Apalagi jika dia yang berbuat salah merupakan orang dalam lindungan, seperti istri dan anak. Firman Allah ta'ala dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat  14, "Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian adalah musuh kalian. Maka berhati-hatilah kepada meraka. Akan tetapi jika kalian memaafkan, berlapang dada, dan mengampuni, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Wallahu a'lam.


Powered by Blogger.
close