Tadabbur Keluarga Ibrāhim, Kita Tidak Akan Mengerti Sampai .....
Oleh Yurisa
Nurhidayati
Merenungi keluarga Ibrahim 'alayhissalam. Keluarga yang Allāh jadikan teladan mulia bagi
seluruh umat manusia. Ialah contoh manusia yang paripurna pengorbanannya untuk
Allāh Ta'ala saja. Yang tauhid-nya tidak hanya menggema di pikirannya atau pada
cara pandangnya, tapi tauhid sudah menguasai perasaannya. Tauhid juga sudah tak
bisa lepas dari tiap perilakunya.
Dan… kesempurnaan tauhid ini tidak mungkin muncul dan
nampak begitu berkilau tanpa ujian besar yang Allāh beri. Ujian dari sejak
belia hingga akhir hayatnya! Tak henti! Tak akan mungkin kita bisa tahu
kehebatan tauhid keluarga Ibrahim jika kita tidak melihat bagaimana
sikapnya ketika diuji. Sebagaimana kita tidak akan tahu suatu benda itu tahan
banting atau tidak tanpa dihempaskan dulu kencang-kencang.
Bermula dari Ibrahim muda yang tak pernah goyah
tauhidnya, walaupun ayahandanya sendiri menentang dan mengancam. Terabadikan
dalam al-Qur'ān, betapa sikap lembut Ibrahim pada ayahandanya pun tetap tidak
menggeserkan keyakinan syirik ayahnya. Ibrahim muda yang tak pernah goyah
tauhidnya, walaupun pemerintah dan masyakaratnya hendak membakarnya.
Terabadikan dalam al-Qur'ān, betapa Ibrahim tetap menggenggam iman walau nyawa
taruhannya. Walau di dunia hanya sendirian ia beriman, tak peduli
baginya.
Merenungi diri ini, sejauh apa kualitas iman di hati?
Sedangkan lingkungan seringkali menjadi kambing hitam
ketika terhempas futur.
Sedangkan ada dari kita yang menyalahkan
orangtua/keluarga atas 'ketidaktahuan' kita akan al-Islām...
Terekam pula dalam sejarah, Ibrahim sebagai nabi dan
juga sebagai suami dan juga ayah. Ketika Allāh karuniakan istri yang shalihah
dan bayi mungil yang teramat ia rindui dan cintai, Ibrahim harus meninggalkan
keduanya di tanah tandus demi misi dakwah yang ditentukan Rabb-nya. Tak terbayang
bagaimana didikan suami atas istrinya, Ibrahim pada Bunda Hajar. Tak ada rasa
cemas dan takut pada Bunda Hajar, tergambar dari kemantapan hatinya "Jika
ini perintah Allāh, maka sungguh Allāh pasti tidak akan pernah menyia-nyiakan
kami!"
Meratapi diri ini, sejauh mana kepercayaan diri ini
pada Allāh?
Tidak ada setitik pun keraguan bagi Bunda Hajar pada
Allāh. Dia-lah Ar-Razāq. Pemberi Rizqi Sejatinya pada seluruh alam!
Sedangkan kita, seringkali akal terkuasai oleh logika dunia, perasaan
terkuasai oleh cinta dunia, perilaku terkuasai oleh
apa-kata-orang. Seandainya ketika Ibrahim masih hidup dan ada media
seperti sekarang ini, mungkin akan tersebar berita bahwa ada seorang nabi tega
meninggalkan anak dan istrinya.
Keluarga Ibrahim, adalah keluarga yang paripurna
Tauhid-nya. Anak setegar Isma'il, tak akan mungkin bisa menawarkan lehernya
untuk disembelih ayahnya sendiri kecuali karena iman yang menghujam begitu
dahsyat di dadanya. Dan siapakah yang mendidik Isma'il? Ibundanya seorang,
Bunda Hajar. Ya, karena sang ayah tak melihat tumbuh kembang anaknya sendiri
demi dakwah yang telah ditetapkan Allāh Rabb Semesta Alam.
Keluarga Ibrahim, keluarga yang tak menyisakan
setitikpun dunia di hati mereka. Keluarga yang hanya menggantungkan diri hanya pada
Allāh saja.
Dan sungguh, kita tidak akan
mengerti keimanan mereka, sampai kita berada pada frekuensi iman yang sama
dengan mereka.
Saat ini mungkin kita hanya meraba-raba,
membayang-bayangkan betapa besar hasrat akhirat mereka. Begitu menggelora iman
mereka. Dan betapa Allāh memberikan ketenangan di hati mereka ketika ujian demi
ujian terlampaui. Saat ini kita hanya menduga-duga, mengetahui lewat akal
pikiran kita, begitulah iman Ibrahim. Begitulah keluarga Tauhid.
Dan kita pun juga diuji seperti mereka. Dengan cara
yang berbeda, dengan level yang berbeda..
Tiada hari tanpa ujian Tauhid, sadar atau tidak.
Di setiap pilihan hidup kita, selalu ada ujian
tauhid. Apakah yang kita pilih itu sesuai dengan yang Allāh suka? Atau
just for my own sake?
Merenungi keluarga tauhid, keluarga Ibrahim….
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Allāhu Akbar..
Lā ilāha illallāhu
Allāhu Akbar,
Allāhu Akbar,
wa
lillāhil-hamd!
*) Yurisa Nurhidayati, Lulusan Psikologi
Universitas Gajah Mada, Tinggal di Padang.

Post a Comment