Kajian Utama : Best Practices dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
![]() |
| google.com |
Oleh Irwan
Nuryana Kurniawan
Sahal
bin Sa’ad menyampaikan hadits tentang shalat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. “Aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melakukan
shalat di atas mimbar. Setelah mendirikan shalat, beliau menghadap orang-orang dan berkata,”Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya aku melakukan shalat seperti ini agar kalian mengikuti cara shalatku ini dan
agar kalian mengetahui cara shalatku.”
Suatu
ketika Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
berwudhu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam kemudian bersabda,”Siapa saja yang berwudhu seperti cara wudhuku,
lalu ia melaksanakan shalat dua rakaat tanpa ada sesuatu hal yang mengganggu
kekhusyukannya pada kedua rakaat itu, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bersabda,”Ikutilah cara-caraku melakukan manasik haji.”
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasallam masuk ke dalam masjid. Lalu masuk seorang pria dan ia melakukan
shalat. Kemudian ia mendatangi Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam dan mengucapkan salam kepada beliau. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam lalu
menjawab salamnya dan berkata,”Kembalilah, ulangi shalatmu! Sesungguhnya engkau
belum melakukan shalat.” Pria itu pun lalu kembali mengulangi shalatnya seperti
sebelumnya. Lalu ia menghampiri Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam dan mengucapkan salam kepada beliau. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam lalu
berkata,”Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan bagimu.” Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam
melanjutkan,”Kembalilah dan ulangi shalatmu! Sesungguhnya engkau belum
melakukan shalat.” Hal tersebut terus berulang hingga pria itu melakukan shalat
sebanyak tiga kali. Pria itu lalu berkata,”Demi Dzat yang telah mengutusmu
dengan kebenaran. Apakah yang lebih baik selain hal ini? Ajarkanlah kepadaku!”
Hadits-hadits
di atas menunjukkan bahwa memberikan contoh, menerapkan dan mempraktekkan
sesuatu merupakan sarana terbaik agar ilmu yang disampaikan dapat dihafal dan
terjaga dari kelupaan. Dibandingkan jika murid-murid harus menghafal
sifat-sifat wudhu, maka seorang guru cukup mengambil air dan mempraktikkannya
di hadapan mereka. Kemudian memerintahkan mereka untuk mencobanya sesuai dengan
apa yang mereka lihat dari guru mereka. Demikian pula halnya dalam mengajarkan
shalat dan yang lainnya.
Metode
mengajar tersebut memudahkan guru, memberikan keluangan waktu dan tenaga bagi
guru, dan membuat murid-murid berperan aktif agar manfaat yang ingin dicapai
dapat terwujud. Guru hendaknya berusaha agar para murid mau mengkaji ulang
sendiri dan dapat mengetahui sendiri kesalahan yang dibuatnya.
Apapun
pendekatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan para guru dalam pendidikan
agama Islam, sudah semestinya semakin memperkokoh akidah dan keimanan
murid-murid mereka kepada Allah Ta’ala,
menghiasi murid-murid mereka dengan akhlak mulia. Insya Allah.
*) Irwan Nuryana Kurniawan, Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia


Post a Comment