Eksplorasi : Biarkan Anak Memilih
“Bangun, Nak.
Saatnya mandi. Ibu sudah siapkan baju gantinya”, ujar sang ibu. Sang anak pun
lantas mandi dan berganti pakaian sesuai dengan yang sudah disiapkan sang
bunda. “Nak…, ayo makan, Ibu sudah siapkan nasi dan ayam goreng,” seru sang ibu lagi
seraya mengambilkan piring untuk anak. Hal ini terus berlangsung sejak anak
masih kecil hingga dewasa. Tak ada kesempatan bagi anak untuk memilih apa yang
diinginkannya.
Dari mulai bangun
tidur sampai tidur lagi, semua kegiatan anak sudah diurus ibu dengan sedemikian
rupa. Memang sejak kecil anak ibu ini adalah anak yang baik. Penurut sekali
kepada orangtua. Semua yang ibu dan bapak katakan selalu dia turuti. Namun di
kala dewasa, sikap dan perilaku si anak justru membuat khawatir orangtuanya.
Mengapa?
Setelah dewasa,
ternyata anak ibu ini tetap penurut.Terhadap istrinya pun penurut. Di kantornya
juga penurut, baik kepada atasan maupun teman. Dia tidak bisa mengungkapkan apa
yang dipikirkan dan dirasakannya. Alhasil, orangtuanya pun hanya bisa menyesal
karena telah salah menerapkan pola asuh anak sejak kecil.
Begitulah.
Orangtua dengan dalih begitu menyayangi anaknya, hingga segala sesuatunya
orangtua yang pilihkan tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa
belajar menentukan pilihannya sendiri. Salah satu contoh yang sederhana,
memilih bajunya sendiri. Karena tidak mau repot, orangtua kadang memilihkan
satu baju yang harus dipakai anak, “Pakai baju yang itu saja ya,” Padahal
alangkah lebih baik jika orangtua bisa menyiapkan beberapa baju, kemudian
keputusan baju mana yang akan dipakai diberikan kepada anak. Demikian pula
dalam memilih makanan. Orangtua mesti menyiapkan beberapa jenis makanan.
Biarkan anak memilih makanan apa yang akan dimakan.Memang repot sepertinya,
namun insya Allah efeknya akan baik bagi perkembangan anak di masa mendatang.
Rachel Waddilove,
ahli parenting dan pengarang buku The Toddler Book, menyebutkan,
“Sangat penting membebaskan anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Ia jadi
belajar untuk menentukan apa yang ia lakukan, dan tidak hanya sekadar mengikuti
apa yang diperintahkan Anda.”
Memperlakukan anak
sebagai human being itu penting. Jika sejak dini kita ajarkan pada
anak mealui kegiatan hari-hari bahwa hidup adalah pilihan. Maka ketika dewasa
ia akan belajar membuat keputusan mana pilihan yang akan diambilnya. Anak juga
manusia. Bukan benda yang tidak tahu apa-apa. Sehingga semua keputusan ada di tangan
orangtua. Anak bukan juga orang dewasa mini yang bisa bersikap sama sesuai
keinginan orangtua.
Ketika orangtua
memahami bahwa anak adalah manusia, maka orangtua akan memberikan informasi
bahwa hidup kita ada aturannya. Anak boleh memilih segala sesuatu dalam
hidupnya yang sesuai dengan aturan yang sudah disiapkan Allah Sang Maha
Pencipta.
Anak akan memahami
bahwa dengan aturan maka hidupnya akan aman dan nyaman. Aturan hidup bagi
seorang muslim adalah Al-Qur’an. Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Sesungguhnya kewajiban orangtua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni :
pertama, memberi nama ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan Al-Qur’an dan
ketiga mengawinkan ketika menginjak dewasa.”
Membiarkan anak
untuk memilih sejak kecil adalah sebuah keharusan. Kita sebagai orangtua berada
di garis belakang untuk terus melihat dan memberikan perspektif akan
pilihan-pilihannya hingga ia sendiri yang akan menentukan sendiri; apakah
pilihannya pas atau tidak untuk dirinya.
*) Muhammad Abdurrahman, Pemerhati dunia anak


Post a Comment