Kolom Prof In : Kita Masih Belum Beruntung
Ketika
mendengar keluhan masyarakat miskin yang sering mendapatkan pelayanan kurang
ramah dari petugas rumah sakit, saya jadi teringat pengalaman yang sempat menyentuh
hati, dulu ketika kami berstatus sebagai masyarakat yang tidak mampu, tergolong
masyarakat miskin, di salah satu negeri orang di benua Eropa.
Kebanyakan
masyarakat Indonesia yang ada di tanah air membayangkan, bahwa mereka yang
punya kesempatan tugas belajar di luar negeri itu hidupnya selalu enak, banyak
uangnya, bisa rekreasi ke mana-mana, dan fasilitas lengkap. Mungkin iya, bagi
mereka yang dikirim oleh instansi BUMN atau oleh departemen selain Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sedangkan
mereka yang berasal dari Depdikbud, beasiswanya cukup-cukupan saja, apalagi seperti
kami dan beberapa teman dari Indonesia yang berbeasiswa dari Pemerintah
Perancis (Boursier du Gouvernement
Francais), beasiswanya lebih kecil lagi. Kami di sana termasuk golongan
masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan karena beasiswa yang kami
terima masih di bawah penghasilan minimal buruh atau pegawai setempat. Sehingga
kami mendapatkan bantuan sewa apartemen dan tambahan dana untuk keperluan hidup
sehari-hari dari pemerintah daerah tempat kami tinggal.
Meskipun
kami termasuk golongan masyarakat yang miskin, namun saat itu kami bisa hidup
tenang karena kami juga mendapatkan beberapa kemudahan, termasuk tidak pernah
merasakan kekhawatiran seandainya suatu saat kami harus berurusan dengan dokter
atau rumah sakit. Pengalaman yang sangat berkesan pernah kami dapatkan, ketika
suatu hari istri harus dibawa ke rumah sakit. Dengan diantar oleh seorang teman
yang kebetulan mempunyai mobil, sesampainya di rumah sakit, istri langsung
ditangani oleh petugas, tanpa menanyakan terlebih dahulu apakah kami mempunyai
biaya atau tidak, berasuransi atau tidak. Yang mereka tanyakan hanya keluhan
sakit yang diderita oleh istri, selain itu tidak ada.
Setelah
istri tertangani dengan baik, sudah berada di salah satu kamar dengan tenang,
barulah saya sebagai suami diminta untuk datang ke kantor administrasi. Saya ditanya,
apakah kami sudah mempunyai kartu asuransi. Karena selama berada di Perancis, kami
telah diasuransikan oleh pemerintah setempat, maka saya berikan kartu asuransi
tersebut dan hanya dengan kartu tersebut, semuanya berjalan lancar tanpa ada
persoalan. Kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Kami merasakan keramahan
pelayanan mereka.
Kalau
saat itu kami merupakan anggota masyarakat yang berada, mungkin
tidak heran, seperti lazimnya di Indonesia, mereka yang kaya pasti akan
mendapatkan pelayanan yang berlebih. Walaupun status kami hanya sebagai
mahasiswa, namun kami mendapatkan pelayanan yang sama dengan mereka yang
berada, tidak ada pembedaan sama sekali.
Kemudahan
dan perhatian yang kami dapatkan tidak hanya berhenti di rumah sakit. Selang satu
hari, ketika istri masih belum pulang, kami menerima sebuah surat panggilan
dari kantor pemerintah setempat. Kalau di Indonesia kantor tersebut kira-kira
setingkat dengan kantor kelurahan. Timbul tanda tanya besar dalam diri saya,
karena yang dipanggil biasanya mereka yang mempunyai persoalan. Padahal kami
sudah berusaha sangat hati-hati hidup di negara lain, jangan sampai kami
mempunyai persoalan sehingga akan mengganggu tujuan utama kami ke Perancis,
yaitu tugas belajar.
Akhirnya,
dengan membawa surat panggilan dan juga dengan perasaan was-was, saya datang
menghadap ke salah satu bagian yang memang sudah tercantum dalam surat tersebut.
Pertanyaan pertama yang saya terima dari petugas membuat saya kaget sekali
“Bagaimana kondisi istri saudara?”. Mengapa dia bisa tahu kalau istri saya
sedang sakit, padahal saya tidak cerita ke teman-teman yang lain, apalagi melaporkannya
ke Kelurahan. Belum sempat saya menjawab pertanyaan itu, sudah disusul pertanyaan
berikutnya “Apakah saat ini saudara mempunyai kesulitan masalah keuangan?”.
Hah...saya semakin kaget dan terharu.
Mengapa
mereka bisa seperti itu, karena negaranya kaya. Saya yakin, mestinya kita bisa
lebih dari itu, selain karena mayoritas kita ini muslim, juga tanah-air kita jauh
lebih kaya. “Kita masih belum beruntung” karena masih banyaknya korupsi dan terbiarkannya
kekayaan negara yang diambil oleh negara lain dengan mudahnya. Wallahu a’lam bish-shawab.
*)
Prof. Indarto, Pimpinan Umum Majalah Fahma


Post a Comment