Kajian Utama : Pengajaran Agama dalam Kurikulum 2013
![]() |
| google.com |
Oleh R. Bagus
Priyosembodo
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Pendekatan saintifik selain dapat
menjadikan murid lebih aktif juga dapat mendorong murid untuk melakukan
penyelidikan guna menemukan fakta. Dalam proses pembelajaran, murid
dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan beropini dan
duga tak berdasar dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu
berfikir logis, runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir
tingkat tinggi
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, pendekatan
ilmiah tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Misalkan
materi tentang hal yang ghoib. Pada kondisi seperti ini, tentu
saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat
ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Misalkan
pemberitaan tentang padang mahsyar haruslah melalui dalil yang shahih.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan
sebagai berikut:
1) Mengamati
(observasi).
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta
didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Murid diharapkan terlatih
dalam kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi. Misalnya, murid memperhatikan
tayangan, gambar fenomena nyata, dalil atau penjelasan tentang sejarah perjuangan
Nabi Muhammad periode Makkah
2) Menanya.
Guru membuka kesempatan secara luas kepada murid untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat. Guru perlu membimbing murid untuk dapat
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana murid mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu murid. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam.
Kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Misalnya dialog mendalam secara klasikal
atau kelompok untuk mengungkap sejarah perjuangan Nabi Muhammad periode Makkah berdasarkan pengamatan terhadap
tayangan video. Melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan keadaan Makkah
sebelum kedatangan Nabi serta strategi Nabi Muhammad dalam menyiarkan Islam.
3) Mengumpulkan Informasi. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu murid dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
4) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar, yakni memproses informasi yang sudah dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Misalnya murid menganalisis dakwah Nabi Muhammad di Makkah dalam bentuk membuat diagram alur (mind map).
5) Menarik kesimpulan. Setelah menemukan
keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan
tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
secara individual membuat kesimpulan. 6) Mengkomunikasikan. Guru memberi kesempatan kepada murid untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Murid menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Misalnya murid menyajikan paparan analisis dakwah yang
dilakukan rasul di Makkah dalam bentuk membuat diagram alur (mind map) lantas menanggapi pertanyaan
dan menyusun kesimpulan. ||
*) R. Bagus
Priyosembodo, Redaktur Ahli Majalah Fahma


Post a Comment