Bibit yang Baik untuk Buah yang Baik
![]() |
| google.com |
Oleh Nurul
ADA kisah yang sangat
masyhur yang tetap perlu menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam. Kisah
seorang khalifah yang hampir setiap malam berpatroli mengelilingi kota hingga
pelosok desa guna mencari tahu langsung keadaan rakyat-rakyatnya.
Dia adalah Sang Amirul mu’minin, Umar Bin Khattab, khalifah kedua
umat Islam.
Hingga pada suatu malam, saat beliau sedang
berjalan di samping rumah seorang janda yang tinggal bersama putri semata
wayangnya, tanpa sengaja beliau mendengar percakapan dari dalam rumah tersebut.
Ibu: Nak, tambahkanlah sedikit air kedalam
susu, sebelum matahari terbit.
Putri: Jangan Bu, Amirul Mu’minin melarang
kita melakukan hal tersebut.
Ibu: Tambahkan saja, toh Amirul Mu’minin
tidak melihat kita!
Putri: Ibu, Amirul Mu’minin memang tidak
melihat kita, tapi bukakah ibu tahu, bahwa tuhan Amirul Mu’minin pasti melihat
kita?
Rupanya, percakapan singkat ini sempat terdengar oleh Umar Bin
Khattab yang akhirnya membuat Umar kagum dengan keshalehan dan ketakutan anak
tersebut kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Keesokan harinya, Umar memanggil anak perempuan tersebut ke
kediamannya.
Saat perempuan tersebut tiba, Umar
memerintahkan semua anak laki-lakinya untuk berbaris kemudian bertanya.
“Siapa di antara kalian yang ingin menikahi perempuan ini?”
“Siapa di antara kalian yang ingin menikahi perempuan ini?”
Umar sampai mengulangi pertanyaannya karena
anak-anaknya diam dan terlambat menjawab pertanyaannya.
“Siapa di antara kalian yang ingin menikahi
perempuan ini? Jika tidak ada, maka ayahmu yang akan menikahinya,” demikian
tegas Umar.
Akhirnya, ‘Ashim yang kebetulan belum menikah, mengajukan diri.
Dalam kisah lain diceritakan, usai mendengar
percakapan ibu dan anak perempuan ini, berurailah air mata
Umar. Usai memimpin shalat Subuh di masjid, Umar memanggil anak
“Ashim untuk menghadap “Wahai ‘Ashim putra Umar bin Khattab.
“Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa.
Pergilah kamu ke rumah si anu dan selidikilah keluarganya.”
Ashim bin Umar bin Khattab melaksanakan perintah ayahndanya yang
tak lain memang Umar bin Khattab, Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mu’minin.
Sekembalinya dari penyelidikan, dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya
berkata, “Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi
isterimu. Aku lihat insyaallah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak
keturunanmu. Mudah-mudahan pula ia dapat memberi keturunan yang akan menjadi
pemimpin bangsa.”
Yang jelas, akhirnya menikahlah ‘Ashim bin Umar bin Khattab
dengan anak gadis tersebut. Suatu malam setelah itu, Umar bermimpi. Dalam
mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar dengan
kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dia
memimpin umat Islam.
Mimpi ini diceritakan hanya kepada
keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara
keluarganya.
Singkat cerita, dari pernikahan ini, lahirlah seorang putri yang
diberi nama “Laila”.
Siapakah Laila?
Yah, Laila adalah cucu Umar bin Khattab yang di kemudian hari
dinikahi oleh Abdul Aziz Bin Marwan Bin Al-Hikam. Yang dari pernikahan tersebut
lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama “Umar bin Abdul Aziz”.
Rasanya tak perlu kita bahas bani Khattab
yang satu ini,
Tidak jauh dari buyutnya, selaut tinta tidak
akan cukup menulis sejarahnya.
Binatangpun “bersatu”
Cukup kita tahu saja, bahwa beliau adalah
Umar Bin Abdul Aziz Bin Marwan Bin Al-Hakam Bin Abu Al-Ash Bin Umayyah Bin Abd
Syams Bin Manaf, seorang yang ahli fikih, penghafal hadits Rasulullah,
mujtahid, seorang yang zuhud akan dunia dan ahli ibadah.
Pada Usia yang Ke 37 beliau diangkat menjadi khalifah, beliau
memenuhi dunia dengan keadilah dan kebijaksanaannya, beliau adalah seorang
pemimpin yang sangat takut kepada Allah, hingga kaum Muslimin sepakat
menggelarinya sebagai Khalifah yang ke-5. Tercatat dalam sejarah berkah
kepemimpinannya, bahwa semasa kepemimpinannya, semua rakyat hidup makmur dan
berkecukupan, hingga zakat yang terkumpul di baitul maal diinfakkan ke negara
tetangga, karena semua rakyatnya sudah tak layak menerima zakat tersebut.
Bukan hanya itu saja, pada masa
kekhalifahannya, binatangpun hidup akur satu sama lain.
Dikisahkan pada masa beliau, srigala diternak
bersama dengan sekumpulan kambing.
Hingga pada suatu hari, seseorang berjalan di
tengah hutan dan melihat srigala menerkam seekor kambing, seketika orang
tersebut bergumam, “telah meninggal Umar” dan benarlah adanya, pada saat yang
sama Umar Bin Abdul Aziz berpulang kerahmatullah.
Subahanallah
Begitulah, jika ingin mendapatkan hasil yang
baik, maka saat bercocok tanam, pilihlah bibit yang baik yang pula. Kaidah ini
tidak hanya berlaku dalam pertanian, ini juga berlaku di kehidupan sosial kita.
Jika ingin mendapat keturunan yang sholeh maka menikahlah dengan orang yang
sholihah.
Tentu tidaklah mudah. Sebab sebelumnya kita
harus mempersholeh dan memperbaiki diri kita terlebih dahulu.
ربنا هبلنا من ازواجنا وذريتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين اماما
ربنا هبلنا من ازواجنا وذريتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين اماما
“Ya
Allah, berikanlah dari istri-istri dan zuriat-zuriat kami orang-orang yang
menjadi idaman hati di masyarakat, dan jadikanlah kami menjadi ikutan bagi
orang-orang takwa.”
رَبِّ اجْعَÙ„ْÙ†ِÙŠ Ù…ُÙ‚ِيمَ الصَّلاةِ ÙˆَÙ…ِÙ†ْ ذُرِّÙŠَّتِÙŠ رَبَّÙ†َا ÙˆَتَÙ‚َبَّÙ„ْ دُعَاءِ
“Ya
Allah Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang mendirikan
shalat. Ya Tuhanku perkenankanlah do’aku. Semoga
bermanfaat.*/ditulis Nurul. Cerita ini disarikan
dari beberapa potong kisah yang disampaikan oleh masyaikh di Universitas
Al-azhar
Sumber Tulisan : www.hidayatullah.com


Post a Comment