Mendengarkan dan Merespon Bincangan dengan Tepat
Lelaki itu baru saja duduk di salah satu bangku kantin, tiba-tiba teman kerjanya yang sesama lelaki duduk di sampingnya. Tidak ada basa-basi pengantar, sang teman langsung menumpahkan ceritanya. Lelaki itu diam, berusaha tenang, dan fokus mendengarkan. Sesekali ia melontarkan pertanyaan sederhana semisal “Oh gitu?” dan “Terus?”.
KLIK DI SINI untuk Informasi Sekolah TK-SD-MTs-MA Hidayatullah Yogyakarta
Tujuh menit berlalu. Sang teman mulai terlihat tenang, kecepatan kata-katanya berkurang dan tekanan suaranya melunak. Tak lama, ia mengucapkan, “Terima kasih sudah mau dengarkan.”
Sang lelaki mengangguk sembari
menjawab singkat, “Anytime.”
Sang lelaki mengerti satu hal bahwa
saat orang lain bicara kepadanya, tujuannya bisa jadi bukan mencari solusi.
Kadang orang lain hanya ingin didengar. Respon ringan seperti kontak mata,
anggukan kepala, dan pertanyaan-pertanyaan pendek sudah cukup. Memberi solusi di
situasi seperti ini malah kurang bijak. Karena tujuannya memang bukan mencari
solusi.
Berbeda jika sejak awal seseorang sudah
menyampaikan bahwa sedang cari solusi, maka rekan bicara perlu siap-siap ikut berpikir. Sejumlah konfirmasi lewat
pertanyaan-pertanyaan mungkin perlu diajukan rekan bicara. Agar masalahnya jelas. Setelah masalahnya jelas, solusinya relatif
lebih mudah didapatkan.
Situasi lain yang agak mirip, seseorang
bercerita kemudian menanyakan solusi kepada rekan bicara. Lagi-lagi agar arahnya lebih
jelas, satu pertanyaan bagus sekali disampaikan oleh rekan bicara, “Berarti ini
perlu solusi?”
Selain sekedar cerita dan cari solusi, ada
juga penyampaian yang mengarah kepada permintaan. Biasanya seseorang menyampaikan pendahuluan, yang kadang bisa sangat panjang, baru mengajukan permintaannya kepada rekan bicara. Akan tetapi ada juga orang yang
sejak awal pernyampaian sudah mengajukan permintaan, istilahnya to the point.
Di sinilah pentingnya keterampilan menyimak. Seseorang yang diajak bicara tidak perlu langsung merespon. Memperjelas arah obrolan kadang lebih penting, sehingga maksud lebih jelas. Dengan maksud yang jelas, energi emosi lebih hemat. Masih banyak aktivitas lain yang membutuhkan energi emosi.
Arah obrolan yang jelas juga berpeluang meningkatkan kecerdasan. Karena setelah arah obrolan jelas, saling dengar dan saling eksplorasi berpeluang untuk dilakukan. Apabila semua pihak telaten hingga obrolan tuntas, semoga didapatkan pencerahan.
Bagi sebagian orang, mendengar dan bertanya eksploratif susah dilakukan. Biasanya mereka langsung merespon dengan memberi solusi dan nasehat. Padahal, sebagaimana telah disampaikan, terkadang seseorang hanya butuh didengar. Akibatnya orang-orang yang susah mendengar tapi gampang memberi nasehat cenderung dijauhi, minimal tidak dijadikan tempat cerita.
Al-Qur’an
surat Az-Zumar ayat 18 menyampaikan, “Yaitu orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
Ayat ini tentang mendengarkan
Al-Qur’an dan petunjuk lainnya, semisal hadits dan nasehat ulama. Lebih jauh
dapat dipahami bahwa mendengar dengan seksama merupakan salah satu ciri orang
berakal, yakni mendengar apapun yang mengantarkan kepada kebaikan termasuk
curahan hati orang-orang terdekat. Adapun hal yang buruk tentu tidak perlu
didengarkan.
Sang lelaki itu kini selesai
makan. Ia siap melanjutkan aktivitasnya. Salah satunya mendengarkan suara
hatinya dan orang-orang yang disayanginya.
Wallah a’lam.


Post a Comment