Pakistan: Ini Saatnya Negara Muslim Bersatu Melawan ‘Negara Jahat Israel’


Menteri Pertahanan Pakistan mendesak negara-negara Muslim untuk memanfaatkan “kekuatan ekonomi” melawan “negara jahat” Israel. Seruan itu disampaikannya dalam saat mengecam serangan ‘Israel terhadap Qatar.

“Saatnya negara-negara Muslim bersatu melawan Israel, negara jahat. Agendanya adalah menangani dunia Muslim secara komprehensif dan menetralisir kekuatan ekonomi apa pun yang mereka miliki. Berpikir bahwa bersikap lunak terhadap Israel akan membuat mereka aman adalah kebodohan,” tulis Asif di X.


Asif menegaskan keberhasilan Pakistan baru-baru ini melawan India, rivalnya, dengan menyatakan bahwa dengan pemerintahan dan kekuatan militernya berhasil menghadapi negara yang ukurannya lima kali lipat lebih besar.


“Pakistan, negara yang rentan secara ekonomi tetapi dengan pemerintahan yang tegas dan Alhamdulillah angkatan bersenjata profesional yang gagah berani, menghadapi India, yang lima kali lebih besar, dan memberi mereka pelajaran,” katanya.


“Tidak ada yang menjamin keamanan untuk Anda. Bantuan dari luar memang penting, tetapi ketangguhan datang dari dalam,” tambahnya.

Kedua negara tetangga bersenjata nuklir ini mengakhiri pertempuran terburuk mereka dalam hampir tiga dekade pada bulan Mei setelah menyetujui gencatan senjata yang diumumkan AS. Hal ini menyusul empat hari serangan balasan yang melibatkan ratusan pesawat nirawak, rudal, dan jet tempur yang menewaskan sedikitnya 60 orang dan memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah mereka di sepanjang perbatasan dan di wilayah Kashmir yang disengketakan.


Selama bentrokan tersebut, Pakistan menembak jatuh setidaknya lima jet India, termasuk tiga Rafale, dalam pertempuran yang melibatkan sekitar 30 pesawat tempur Pakistan dan 70 pesawat tempur India.

Awalnya, India membantah adanya kerugian pesawat, tetapi kemudian para pejabatnya mengakui bahwa Pakistan menembak jatuh sejumlah jet tempurnya yang tidak disebutkan jumlahnya.

Presiden AS Trump telah berulang kali menyebutkan upayanya dalam menengahi gencatan senjata.

Namun, New Delhi membantah peran Trump dalam gencatan senjata, sementara Islamabad memuji pemimpin AS tersebut dan telah menominasikannya untuk Hadiah Nobel.


Qatar serukan ‘balasan dari seluruh kawasan’

Sebelumnya, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengecam serangan udara ‘Israel’ di Doha, memperingatkan bahwa provokasi tersebut dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.

“Atas nama rakyat dan pemerintah Pakistan, serta atas nama saya sendiri, saya mengutuk keras pengeboman yang melanggar hukum dan keji di Doha oleh pasukan Israel, yang menargetkan wilayah permukiman, dan membahayakan nyawa warga sipil tak berdosa,” kata Sharif dalam sebuah unggahan di X.


“Tindakan agresi oleh Israel ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, sebuah pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Qatar, dan merupakan provokasi paling berbahaya yang dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas regional,” tambahnya.


Pakistan, lanjutnya, berdiri teguh bersama Qatar, serta bersama rakyat Palestina dalam melawan agresi ‘Israel’.


Perdana Menteri Qatar telah memperingatkan bahwa negaranya berhak untuk membalas serangan mematikan Israel di Doha, menyebutnya sebagai “momen penting” bagi Timur Tengah dan mengharapkan “respons dari seluruh kawasan.”


“Qatar… berhak untuk menanggapi serangan terang-terangan ini,” ujar Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dalam konferensi pers Selasa malam, seraya menambahkan bahwa Israel menggunakan senjata yang tidak terdeteksi oleh radar pertahanan udara Qatar.


“Kami yakin bahwa hari ini kita telah mencapai momen yang menentukan. Harus ada pembalasan dari seluruh kawasan terhadap tindakan biadab semacam itu,” tambahnya.*

Sumber www.hidayatullah.com


Powered by Blogger.
close