Apa Kalimat yang Baik untuk Memotivasi?


Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Jika ungkapan “Aku hebat, aku bisa” tidak baik untuk memotivasi, lalu apa yang dapat kita pakai? Banyak. Contohnya pun tak kurang-kurang. Tetapi yang terpenting untuk kita pahami adalah, dalam motivasi minimal harus ada dua hal, yakni tujuan dan arah. Ada nilai.
Di antara panduan murid yang berisi motivasi adalah Alala Tanalul ‘Ilma yang berisi nazham indah penuh makna. Anak-anak menghafalkannya. Guru menguatkan pesan dan menjabarkan sehingga motivasi itu terasa kian hidup dan melahirkan ketahanan belajar (learning resilience).
Nazhamnya sama, pegangannya sama, bahkan metode mengajarkannya pun sama, tetapi bekasnya pada jiwa anak bisa sangat berbeda disebabkan gurunya yang berbeda. Yang paling berpengaruh adalah guru, sedangkan metode merupakan faktor paling akhir. Sayangnya sekarang yang paling diperhatikan justru metode.
Berikut ini sekedar contoh bait-bait yang dahulu dihafalkan oleh anak-anak kecil, dihayati maknanya dan dipegangi pelajarannya. Melekat sampai masa yang sangat panjang hingga datangnya masa para guru meninggalkan nasehat semacam ini, lalu menggantinya dengan yang dianggap keren dan modern.
يَمُوْتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِّسَـانِهِ وَلَيسَ يَمُوتُ الْمَرْءِ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ
“Matinya pemuda karena tergelincir lisannya, dan tidaklah mati karena tergelincir kakinya.”
فَعَثْرَتُهُ مِنْ فِيْــــهِ تَرْمِىْ بِرَأْسِـهِ وَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَى عَلَى الْمَهْلِ
“Tergelincirnya lisan menghempaskan kepalanya (martabatnya), sedangkan tergelincirnya kaki itu sembuh seiring waktu.”
أَخُو الْعِلْمِ حَيُّ خَالِدٌ بَعْدَ مَوْتِهِ وَأَوْصَـالُهُ تَحْتَ التُّرَابِ رَمِيْـــــمُ
“Saudaranya ilmu masih hidup sesudah matinya, bahkan ketika tulang-tulangnya telah hancur di bawah bumi.”
وَذُوالْجَهْلِ مَيْتٌ وَهُوَ يَمْشِى عَلَى الثَّرَى يُــظَنُّ مِنَ اْلاَحْيَـــاءِ وَهُوَ عَدِيْــمُ
“Orang bodoh mati di saat masih berjalan di atas bumi. Dia menyangka dirinya hidup padahal hakekatnya dia telah tiada.”

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Pakar Parenting Indonesia
Powered by Blogger.
close