Qana'ah, Cara Sederhana untuk Bahagia
![]() |
| gambar muslim.or.id |
Oleh Mohammad Fauzil Adhim
Betapa
dekat kebahagiaan bagi mereka yang menetapi do'a ini:
"اَللَّهُمَّ
قَنِّعْــنِيْ بِـمَا رَزَقْــــتَــنِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَاخْلُفْ عَلَى
كُـلِّ غَائِـبَةٍ لِيْ بِـخَيْرٍ"
“Ya
Allah, jadikanlah aku merasa qana’ah (merasa cukup, puas,
rela) terhadap apa yang telah engkau rezeqikan kepadaku, dan berikanlah barakah
kepadaku di dalamnya, dan jadikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan
yang lebih baik.”
Mengingat
sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam, "قَدْ
أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ وَرُزِقُ كَفَا فًا، وَ قَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ Beruntunglah
orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rezeqi yang sekedar mencukupi dan diberi
kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya." HR.
Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawi.
Betapa
sederhanya kebahagiaan. Ingatlah sejenak bagaimana Rasulullah shallaLlahu
'alaihi wa sallam bergurat pipinya karena alas tidur kasar. Hari ini
betapa banyak yang memiliki tempat tidur mewah, tapi hampir-hampir tak pernah
ia rasai tidur yang nikmat. Betapa berbeda.
Tengoklah
Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Betapa sederhana makannya. Tak
menuntut syarat yang berat, justru jadikan makan lebih nikmat. Sungguh, ketika
engkau tak meninggikan syarat terhadap apa yang engkau reguk dari dunia ini,
semakin mudah engkau rasai kebahagiaan. Dan apakah yang lebih berharga daripada
ganti yang lebih baik; ganti yang lebih membawa kebaikan atas apa-apa yang
terlepas dari kita?
Maka do'a
riwayat Al-Hakim (beliau menshahihkannya) yang dicontohkan oleh RasulullahshallaLlahu
'alaihi wa sallam ini merupakan kunci agar kita mampu bersikap secara
tepat terhadap dunia: qana'ah terhadap rezeqi dari-Nya, barakah atas
rezeqi yang kita terima dan ganti yang lebih baik (bukan
lebih banyak) atas apa-apa yang terlepas dari kita. Sungguh, rezeki
yang tak barakah, amat jauh dari kebaikan.
Jika tiga
hal ini ada pada kita, maka semoga lisan kita mampu memanjatkan do'a yang
menyempurnakan pembersihan jiwa kita. Semoga.
Do'a
itu (semoga kita dapat menghayati sepenuh kesungguhan.) adalah:
اَللَّهُمَّ إنِّي أعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَ الْحَزَنِ،وَ
الْعَجْزِ وَ الْكَسَلِ،وَالْبُخْلِ وَ الْجُبْنِ،وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَ
غَلبَةِالرِّجَالِ
“Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (bahaya) rasa gundah gulana dan kesedihan,
(rasa) lemah dan malas, (rasa) bakhil dan penakut, lilitan hutang dan
penguasaan orang lain.”
Inilah do'a
yang memohon pertolongan Allah Ta'ala agar kita mampu mengalahkan hasrat untuk
mengistirahatkan badan di saat ada kebaikan yang seharusnya kita kerjakan;
memohon kekuatan untuk TIDAK berpelit dalam mengulurkan rezeki kepada orang
lain; serta kelapangan hati untuk memberi kan jasa kita yang membawa kebaikan.
Maka, jika
engkau berkeinginan untuk berkelimpahan rezeki agar waktu istirahatmu lebih
banyak dan engkau dapat bersantai-santai kapan pun engkau mau, sesungguhnya
engkau telah mengingkari do'a yang dituntunkan oleh Nabi shallaLlahu 'alaihi wa
sallam ini. Dan jika engkau pergi ke sana kemari untuk menyeru manusia agar
bersegera perkaya diri sehingga dapat bermalas-malasan, sadarilah bahwa mereka
sedang mengajak manusia untuk menjauh dari sunnah dan menghindar dari kebaikan.
Padahal bersama sunnah ada barakah.
Semoga kita
terhindar dari ghurur (terkelabui) disebabkan angan-angan kita sendiri. Marilah
kita memanjatkan do'a kepada Allah Ta'ala:
"اللهُمَّ
أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ"
“Ya
Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki
kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil,
serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”
Semoga kita
tak terpedaya oleh persepsi kita sendiri. Sungguh, kebenaran itu bukan
bergantung pada persepsi kita. Baik dan buruk juga bukan bergantung kepada
persepsi kita. Bukan bergantung pada cara pandang kita. Hari ini, ketika banyak
manusia menyerukan bahwa yang paling penting adalah persepsi kita tentang
sesuatu, marilah kita ingat kembali do'a ini. Di masa yang semakin jauh dari
kehidupan Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini, semoga Allah
Ta'ala limpahi kita hidayah agar tidak mudah takjub pada kebanyakan perkataan
manusia yang terlepas dari Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Lisan kita
berdo'a. Hati kita berharap. Tapi, apakah kita pun merenungkan maknanya?
Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku Parenting.
Twitter @kupinang
Sumber tulisan Fans Page FB :
Mohammad Fauzil Adhim


Post a Comment