Pembelajaran Saintifik dalam Kurikulum 2013
![]() |
| cover majalah fahma edisi oktober 2014 |
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada
kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan
nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau
sifat-sifat nonilmiah.
Kemudian,
timbul pertanyaan? Bagaimana aplikasi pembelajaran saintifik ini dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? Disinilah yang menjadi perdebatan, bila
pendekatan saintifik diterapkan pada semua aspek mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam akan terlihat tidak kompatibel. Pasalnya, dalam pendekatan
saintifik harus dihindarkan cara berpikir ilmiah non ilmiah.
Hal
lain dari pendekatan saintifik yang masih menjadi permasalahan untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah langkah mengamati. Dalam langkah
mengamati, peserta didik harus disuguhi materi pembelajaran yang berbasis pada
fakta (bisa diindera secara empiris) atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu.
Ilmu yang diberikan Allah untuk manusia melalui otaknya merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang
hakiki, adalah dari Allah. Terlepas dari paradigma yang mereduksi intuisi serta
hal-hal yang metafisik, Al-Qur’an seolah tak henti-hentinya menyerukan manusia
untuk terus mengkaji, meneliti, menelaah, memikirkan serta menelaah segala
fenomena yang ada, karena tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tercipta
dengan sia-sia. Motivasi yang diberikan tersebut, tidak lain agar manusia tahu
dan sadar akan potensi akalnya agar menambah keimanan kepada Allah. Untungnya
model cara pikir seperti demikianlah yang karakteristik kurikulum 2013.
Redaksi Majalah Fahma


Post a Comment