Membaca, Benar Pikir, dan Kemenangan
Qarun, sebagaimana
dalam salah satu tafsir, adalah sepupu Nabi Musa ‘alaihissalam. Meskipun
demikian jalan yang ditempuhnya tidaklah sama dengan Nabi Musa ‘alaihissalam.
Dengan apa yang dimilikinya, ia berujar, “Sesungguhnya aku diberi harta itu hanya
karena ilmu yang ada padaku.”
Demikian
Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 78 mengabadikan perkataan Qarun. Selain itu
Al-Qur’an juga mengirimkan pesan bahwa ucapannya merupakan awal kehancurannya. Tidak
lama setelah kata-kata itu terlontar, sang pemiliknya ditenggelamkan oleh Allah
ta’ala ke dalam bumi. Tidak lagi tersisa jejaknya kini, hanya ungkapan ‘harta
karun’ untuk harta yang ditemukan di dalam bumi.
Dari sini satu
pesan Al-Qur’an penting untuk digenggam bahwa kehancuran atau kekalahan diawali
dari salah pikir. Sebagian salah pikir itu tergambar lewat kata-kata. Sebagian
lainnya lewat tindakan. Jika saatnya tiba, kehancuran atau kekalahan itu bisa
sangat telak, walaupun kadang masih tersisa kesempatan untuk memperbaikinya.
Melalui
pembalikan logika dengan cermat, dapat dipahami bahwa benar pikir menjadi awal
dari kemenangan atau kesuksesan. Semakin dalam dan kokoh benar pikir, semakin
besar peluang kemenangan itu. Oleh karena itu siapapun yang ingin menang, perlu
kiranya ia mengawali usahanya dari membangun pikiran yang benar.
Pikiran yang
benar ibarat pohon. Di pohon ada akar, batang, ranting, dedaunan, bunga, serta
buah. Sementara di pikiran ada kesadaran spiritual, kematangan emosional, ketajaman
strategi, dan keteguhan prinsip. Sifatnya kompleks dan tersambung satu sama
lain.
Dengan pikiran
semacam ini lahirlah sejumlah tindakan yang efektif, baik kepada diri sendiri ataupun
orang lain. Selain itu konsistensi dapat dibangun relatif lebih mudah. Hal ini
dikarenakan pikiran tidak sebatas masa kini dan beberapa waktu ke depan, tapi
hingga masa yang panjang hingga kemenangan di genggaman.
Di sisi lain
ada kesadaran serta kesiapan untuk tidak menang di waktu yang telah
ditargetkan. Rencana cadangan telah disiapkan. Dalam hal ini penyiapan generasi
berikutnya menjadi satu jalan keluarnya.
Generasi
berikutnya dibangun lebih kuat dari generasi sebelumnya. Kekurangan generasi
sebelumnya dipelajari dan diinventarisasi, lalu dirumuskan rekomendasi
perbaikannya. Rekomendasi perbaikan inilah yang akan diterapkan di generasi
berikutnya.
Dalam hal ini
pembacaan masa depan menjadi penting. Agar rekomendasi pembangunan generasi
berikutnya relevan dan implementatif, studi futurologi dapat dipertimbangkan
sebagai dasar pembacaan masa depan sekaligus penyusunan rekomendasi. Pembacaan yang
tidak berbasis keilmuan lebih baik tidak dilakukan.
Membaca itulah
salah satu aktivitas penting di setiap tahap perencanaan kemenangan. Di awal
misalkan, membaca diperlukan untuk merekonstruksi jalan-jalan kemenangan. Sementara
di akhir, membaca diperlukan untuk memperkirakan kelanjutan atas kemenangan
yang diperoleh. Tidak sekedar buku, apapun yang terindera dapat dibaca.
Oleh karena
itu dapat dimaklumi jika perintah membaca datang di awal risalah nubuwwah Rasulullah shallallah
‘alaih wa sallam, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan.” (Terjemah Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
Wallah a’lam.


Post a Comment