Banyak Alasan Mengapa Harus Meninggalkan Daging Babi, yang Jarang Dibahas


BAGI KEBANYAKAN
 marga sudah sering mendengar larangan makan daging babi karena alasan kesehatan, kolesterol, atau keyakinan agama. Namun, ada satu bahaya yang jarang dibicarakan: parasit.

Daging babi merupakan salah satu sumber utama Trichinella spiralis (trichinosis), Toxoplasma gondii (toksoplasmosis), dan Taenia solium (cacing pita babi) yang dapat menimbulkan masalah kesehatan serius.

Parasit dalam Daging Babi

“Infeksi Trichinella terjadi ketika larva cacing masuk melalui usus, lalu menyebar ke otot dan membentuk kista,” jelas Mayo Clinic dalam artikelnya tentang trichinosis (Mayo Clinic, 2023). Gejalanya berupa nyeri otot, demam, hingga kelemahan jangka panjang. Bahkan setelah infeksi sembuh, rasa lelah bisa bertahan selama berbulan-bulan.

Sementara itu, Toxoplasma gondii dapat membentuk kista di jaringan tubuh, termasuk otak. Pork Information Gateway menegaskan bahwa daging babi adalah salah satu vektor penting toksoplasmosis. Parasit ini bisa tetap hidup dalam tubuh seumur hidup manusia, meski gejala awalnya sering samar.


Lebih lanjut, Taenia solium atau cacing pita babi menimbulkan risiko berbeda. Jika larva mencapai otak, kondisi yang disebut neurocysticercosis bisa menyebabkan kejang hingga gangguan saraf. Artikel ResearchGate (Pozio & Murrell, 2006) menegaskan bahwa zoonosis dari daging babi masih menjadi tantangan kesehatan global, terutama di negara berkembang. Mereka memperkirakan hingga 10 persen populasi dunia terkena penyakit zoonosis melalui makanan setiap tahunnya.


Dampak Jangka Panjang

Peneliti mikrobiologi dari Frontiers in Microbiology (Chudnovskiy et al., 2018) menunjukkan bahwa infeksi parasit usus dapat memicu peradangan kronis dan meningkatkan risiko sindrom iritasi usus (IBS), GERD, serta kelelahan kronis pasca infeksi. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian orang yang terinfeksi melaporkan masalah tidur, energi rendah, dan nyeri tubuh yang tidak jelas penyebabnya.


Di sisi lain, penelitian lain yang dipublikasikan melalui ResearchGate (Torrey & Yolken, 2016) menemukan hubungan antara Toxoplasma gondii dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Mekanismenya diduga melalui jalur peradangan otak dan perubahan neurotransmitter. “Parasit ini mungkin berkontribusi pada gangguan neuropsikiatri,” tulis para peneliti.


“Meski angka infeksi trichinosis di negara maju menurun, kebiasaan makan daging setengah matang tetap membuat risiko kembali meningkat,” tulis artikel ResearchGate yang dikutip dari Institute for Medical Research, Beograd.


Sejalan dengan itu, Frontiers in Microbiology menekankan bahwa infeksi parasit sering diabaikan, padahal dampaknya bisa memicu kelelahan kronis, masalah tidur, dan peradangan sistemik.

Mengapa Islam Melarang?

Selain alasan kesehatan, dalam perspektif Islam, babi jelas diharamkan. Larangan ini ditegaskan langsung dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat. Allah ﷻ berfirman:


إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang disembelih bukan karena Allah…” (QS. Al-Baqarah [2]: 173).


Ayat serupa muncul pula dalam QS. Al-An‘am [6]: 145, QS. Al-Ma’idah [5]: 3, dan QS. An-Nahl [16]: 115. Keempat ayat ini menegaskan bahwa babi termasuk makanan najis dan tidak layak dikonsumsi.


Rasulullah ﷺ juga memperkuat larangan ini dalam hadits. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi bersabda:


إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ الْخَمْرَ وَالْمَيْسِرَ وَالْكُوبَةَ وَكُلَّ مُسْكِرٍ، وَحَرَّمَ الْخِنْزِي


“Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar, judi, daging babi, dan berhala
.” (HR. Abu Dawud, no. 3482).


Para ulama menafsirkan bahwa keharaman babi bersifat qat‘i(pasti), bukan sekadar makruh. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menegaskan bahwa penyebutan khusus “daging babi” tidak berarti bagian lain halal, melainkan keseluruhan tubuh babi haram. Ulama kontemporer seperti Syekh Yusuf al-Qaradawi dalam Halal dan Haram dalam Islam juga menyatakan bahwa larangan ini bukan hanya ritual, tapi juga membawa hikmah besar: menjaga kesehatan, kesucian jiwa, serta mencegah mudarat.


Bahkan jika teknologi modern mampu mensterilkan parasit dalam babi, keharamannya tetap berlaku karena sumber hukum utama adalah wahyu, bukan sekadar pertimbangan medis. Dengan kata lain, ilmu kedokteran mungkin menguatkan alasan larangan, tapi hukum Islam berdiri independen di atas dalil syar‘i.


Kesimpulan

Ada banyak alasan menghindari daging babi, tetapi bahaya parasit merupakan salah satu yang paling nyata sekaligus paling jarang dibicarakan. Dari trichinosis hingga toksoplasmosis, infeksi ini dapat menggerogoti energi, pencernaan, bahkan kesehatan mental.


Selain itu, umat Islam memiliki landasan yang lebih kokoh: dalil Al-Qur’an, hadits, dan ijma‘ ulama yang dengan tegas menyatakan babi adalah haram. Dengan demikian, alasan medis dan alasan religius bertemu pada satu titik: menjauhi babi adalah bentuk perlindungan, baik untuk tubuh maupun untuk iman.*

Sumber www.hidayatullah.com


Powered by Blogger.
close