Ini Istilah yang Tepat untuk Siswa, Pembelajar, Peserta Didik, atau Murid
Oleh: Abdullah Munir
Ada pertanyaan menarik soal penggunaan istilah untuk menamai para penuntut ilmu. Manakah istilah yang lebih tepat antara siswa, pelajar, pembelajar, murid, atau peserta didik? Sebuah pertanyaan yang sederhana, tetapi membutuhkan penjelasan yang rumit.
Akan bertambah rumit jika si penanya adalah orang awam yang tidak suka dengan pembahasan yang 'njlimet.' Mereka bertanya, ‘kenapa sih istilahnya berubah-ubah terus, dulu PMB, PSB, PPDB, dan sekarang berubah jadi baru lagi, SPMB?’
Kalau mau jawaban sederhana ya tinggal dijelaskan kepanjangannya saja. PMB adalah Penerimaan Murid Baru, PSB adalah Penerimaan Siswa Baru, PPDB adalah Penerimaan Peserta Didik Baru, sedangkan SPMB adalah Sistem Penerimaan Murid Baru. Tapi jawaban ini tentu tidak menyelesaikan persoalan. Ia masih menyisakan pertanyaan berikutnya, yaitu ‘apa bedanya?’ Apa bedanya murid, siswa, dan peserta didik? Mau dijawab yang beda adalah menterinya, tentu kurang elok. Walaupun itulah Indonesia, setiap ganti menteri selalu ganti istilah.
Di balik pergantian istilah pasti ada spirit yang melatarbelakanginya. Spirit inilah yang 'mungkin' menjadi pertimbangan bagi seorang menteri dalam memilih kata murid, siswa, pelajar, atau peserta didik. Menteri yang mengusung kampanye inklusifisme biasanya lebih alergi dengan istilah serapan dari bahasa asing, terutama bahasa arab. Baginya, kata itu dianggap tidak cocok dengan Indonesia yang 'multikultural'. Kata serapan dari bahasa arab seperti kata murid dianggap terlalu islamis. Terlalu eksklusif!
Namun jika melihat pendekatan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, di mana anak didik diposisikan sebagai subyek pendidikan, istilah murid jauh lebih tepat. Mengapa? Sebab kata murid memiliki arti ‘orang yang memiliki kehendak’. Murid artinya orang yang melakukan aktivitas atas dasar motivasi dari dalam dirinya, bukan karena terpaksa. Murid artinya orang yang memiliki keinginan. Murid artinya orang yang memiliki inisiatif. Murid artinya orang yang aktif, tidak pasif. Murid artinya orang yang memiliki dorongan kuat untuk belajar demi meraih cita-cita. Artinya, murid adalah subyek belajar.
Jika istilah murid ini benar-benar digunakan sebagai sprit pendidikan, maka akan berpengaruh positif pada aktivitas pendidikan di sekolah-sekolah. Guru akan terdorong untuk membingkai kegiatan belajar mengajarnya dengan hal-hal kreatif yang menumbuhkan rasa ingin tahu anak. Para penyusun kurikulum akan berfokus pada bagaimana mengubah persepsi anak terhadap kegiatan belajar, dari yang semula beban menjadi kebutuhan. Hal ini merupakan perkara esensial dalam pendidikan. Sebab, tugas utama pendidikan bukanlah menjejali, tetapi bagaimana memproses anak menjadi sosok yang punya keinginan untuk belajar setiap saat, di manapun dan dalam kondisi apapun.
Materi pelajaranpun demikian. Jika kita ingin melahirkan generasi yang aktif, kreatif, mandiri dan berkarakter, maka materi pelajaran harus dipenuhi dengan nilai-nilai esensial yang mampu menggugah kesadaran, bukan didominasi sembarang pengetahuan yang ketika masuk ke otak, dalam sekejap akan berubah menjadi ‘sampah’.
Jadi, pilihlah kata murid! Jadikan itu sebagai filosofi pendidikan kita. Dorong dunia pendidikan kita untuk menyadari tugas utamanya, yaitu menumbuhkan keinginan belajar, bukan berfokus pada banyaknya beban materi pelajaran!
Abdullah Munir, Ketua DPW Hidayatullah DIY-Jawa Tengah Bagian Selatan
Abdullah Munir, Ketua DPW Hidayatullah DIY-Jawa Tengah Bagian Selatan
Post a Comment