Dakwah dalam Tartib Nuzul (Perspektif Tafsir Sinar Karya Buya Malik)

Salah satu tafsir yang disusun ulama Indonesia adalah tafsir Sinar. Tafsir ini disusun oleh Buya Malik Ahmad. Keunikan tafsir ini adalah susunannya yang didasarkan pada tartib nuzul (urutan diturunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam). 

Membaca tafsir ini membuka cakrawala wawasan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus dituntun dalam perjalanan dakwah beliau. Bahwa ada tahapan yang Allah ta'ala rancang untuk beliau. Sehingga perjalanan dakwah beliau bisa dikaji untuk kemudian diaplikasikan generasi berikutnya. 

Dalam tafsir Sinar, Buya Malik menyampaikan, perintah "Bacalah!" dalam Al-Qur'an surat Al-'Alaq ayat 1 memiliki beberapa arti: Bacalah, berpikirlah, dan bacakanlah kepada orang lain hasil bacaanmu. Perintah "Bacalah!" memiliki dimensi internal dan eksternal, untuk diri sendiri ataupun orang lain. Dari sini dapat dipahami bahwa perintah dakwah sudah ada di Al-'Alaq. 

Poin menarik di Al-Qur'an surat Al-'Alaq salah satunya adalah tidak ada bahasan apa yang dibaca, kapan, dan di mana. Tapi ada bahasan siapa yang dibacakan, siapa sasaran dakwah. Sasaran dakwah yang paling harus dijauhi adalah tipe Abu Jahal, sosok penghalang shalat. Maka selain tipe ini, bagus dakwah dijalankan.


Selanjutnya dalam Al-Qur'an surat Al-Qalam ada pernyataan Allah ta'ala terkait keagungan akhlak Baginda Rasulullah shallallah 'alaih wa sallam. Masih menurut Buya Malik dalam tafsir Sinar, pernyataan tersebut adalah pengakuan atas kebesaran Baginda Rasulullah secara hakiki.

Buya Malik membagi kebesaran seorang pemimpin sebagai berikut. Pertama, kebesaran hakiki seorang pemimpin, sosok yang Allah ta'ala mudahkan untuk memimpin kapanpun dan dimanapun. Kedua, kebesaran semu seorang pemimpin, karena pengikutnya berlebihan mengelu-elukan sang pemimpin. Ketiga, kebesaran pemimpin yang terbatas di waktu dan tempat tertentu. Keempat, kebesaran temporal pemimpin, sekarang sang pemimpin besar tapi semakin lama dia semakin berkurang kemampuan memimpinnya; kapasitas kepemimpinannya tidak relevan dengan dinamika zaman. Kelima, kebesaran relatif pemimpin, karena pengikutnya bodoh.

Apa hubungannya dengan dakwah? Seorang pemimpin perlu punya kapasitas kepemimpinan yang hakiki. Semoga Allah ta'ala mudahkan untuk menggapai kesuksesan dalam dakwah. Jika kapasitas hakiki kepemimpinan belum dimiliki sang pemimpin, ia harus berusaha menggapainya. Lewat iqro' dan aplikasi iqro'.

Iqro' dan aplikasi iqro' bisa dilakukan secara aqliyah. Namun Allah ta'ala memberikan tuntunan agar keduanya bisa lebih terakselerasi. Tuntunan itu ada di Al-Qur'an surat Al-Muzzammil. Apa yang ada di Al-Muzzammil? Tirakat khusus untuk pemimpin. Shalat tahajjud, baca Al-Qur’an, tabattul, dan dzikir, beberapa tirakat yang bisa disebutkan.


Sementara di Al-Muddatstsir, ditemukan bahwa dakwah itu punya beberapa pilar. Salah satunya "Dan Tuhanmu, besarkanlah!". Mari berdakwah tanpa menimbulkan konflik, bahkan membangun sinergi. Agar umat ini merasakan Islam sebagai rahmat ke seluruh alam. 

Powered by Blogger.
close