Prioritas Pendidikan Keluarga Muslim sebagai Basis Ketahanan Pendidikan Nasional
Sebuat catatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025
Oleh : Fu’ad Fahrudin, M.Pd.I.
Oleh : Fu’ad Fahrudin, M.Pd.I.
“Wahai orang-orang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari siksa api neraka.” (Terjemah Q.S. At-Tahrim: 6)
menghadang saat menjalankan amanah. Sehingga amanah dapat diselesaikan dengan baik. Kualitas profesional berada di titik tinggi.
Bedanya dengan pembangunan kualitas profesional biasa, pembangunan kualitas profesional ini dibangun dengan fondasi yang jauh lebih kuat. Bukan keuntungan duniawi yang dikejar. Akan tetapi keuntungan ukhrawi yang dicari, sesuatu yang lebih kekal dan mengakar kuat dalam jiwa. Maka dalam perjalanan profesinya, sang anak dimungkinkan teguh dalam kebaikan. Alhasil sangat dimungkinkan target-target profesional dapat digapai.
Mengenali Strategi Penyeru Neraka
Al-Qur’an surat Saba’ ayat 31-33 menyampaikan perdebatan penyeru neraka dengan mereka yang terseret. Penyeru neraka diprotes oleh mereka yang terseret. Penyeru neraka bertanya, “Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? (Tidak), sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa.”
Mereka yang terseret menjawab, “(Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami) ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.”
Dari percakapan tersebut dapat dipahami bahwa strategi penyeru neraka bukanlah menghalangi orang untuk berbuat baik. Akan tetapi orang dibiarkan berbuat baik, dengan disertai iming-iming berbuat buruk. Iming-iming ini jauh lebih menggiurkan. Lebih dari itu, iming-iming berjalan sehari semalam nonstop.
Nah anak yang tidak pernah dikenalkan dengan buruknya neraka dan jalan-jalannya berkemungkinan besar terkena jeratan penyeru neraka ini. Anak tetap berbuat baik, tapi pelan-pelan terbawa ke jalan buruk. Karena anak tidak pernah dikondisikan untuk tegas menghindari keburukan.
Dalam berbagai rentang usia, dialog dan pembelajaran tentang keburukan (neraka dan jalan-jalannya) perlu diberikan. Agar anak waspada. Agar garis tegas bisa diambil. Agar jalan tetap lurus, hingga ke surga-Nya. Tak ada belok ke neraka walau sekejap, baik neraka duniawi apalagi ukhrawi.
Pendidikan Keluarga Membangun Ketahanan Pendidikan Nasional
Keluarga telah mendidik anak dengan baik. Sehingga anak memiliki bekal yang cukup untuk belajar di sekolah. Selanjutnya sekolah menyempurnakan ikhtiar pendidikan ini.
Pemerintah perlu menjadi jembatan untuk keluarga dan sekolah berinteraksi dan bersinergi. Edukasi kepada keluarga, terutama ayah, perlu dilakukan berkelanjutan. Agar ayah memahami penyikapan terbaik kepada sekolah. Ayah bisa menelaah kebijakan sekolah dengan kritis di satu sisi, dan sinergis kuat di sisi yang lain.
Sinergi yang dimaksud mencakup aspek moral dan material. Pembiayaan pendidikan sangat sulit jika hanya diserahkan kepada sekolah. Ayah perlu memberikan dukungannya.
Problemnya selama ini ayah kurang bertandang di forum-forum sekolah bersama orangtua. Ada imej yang kuat, sekolah urusan ibu. Padahal penanggung jawab utama pendidikan dunia-akhirat adalah ayah.
Dengan edukasi yang tepat, semoga ayah berkenan mengambil peran langsung di aspek akademik anak. Hal-hal berkaitan dengan pekerjaan semoga bisa dikelola. Apalagi jika pemerintah memberikan fasilitasi yang cukup kepada ayah, semisal keringanan meninggalkan pekerjaan sejenak untuk mendatangi sekolah dalam rangka berforum.
Fasilitasi pemerintah yang juga penting adalah kemudahan mencari nafkah. Lapangan kerja yang luas, pengaturan pajak yang proporsional, serta minimnya korupsi semoga memperlancar keaktifan finansial ayah dalam mendukung pendidikan anak.
Terakhir bahwa penting bagi pemerintah untuk melakukan proteksi kepada segenap bangsa, terutama proteksi online. Pinjaman online, judi online, pornografi online, dan santet online sederet daftar yang perlu ditindaklanjuti pemerintah agar tidak menjelma menjadi patologi sosial akut. Agar orientasi bangsa ini tetap lurus dalam kebaikan.
Wallah a’lam bishshawab.
Post a Comment