Tunggulah Waktunya
Tunggulah waktunya, ungkapan yang bagi sebagian orang adalah sebuah 'dendam'. Ungkapan 'dendam' yang berkonotasi baik inilah yang kelak harus dibuktikan apakah benar-benar dia akan berubah menjadi lebih baik, atau sebaliknya akan berubah menjadi lebih buruk.
Tunggulah waktunya. Jika detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun ia lalui dengan yang biasa-biasa saja, maka sudah barang tentu 'dendam' yang ia pendam tidak akan pernah terbalaskan, 'dendam' yang ia azzamkan tidak akan pernah tersampaikan.
Tunggulah waktunya. Jika detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun ia lalui dengan yang luar biasa, maka sudah barang tentu Allah Ta'ala akan memenangkan hamba-Nya. Ia kan menunaikan 'dendam'nya dengan sempurna.
Tunggulah waktunya. 'Dendam' kebaikan itu harus engkau tunaikan. Buktikan bahwa kelak engkau bisa jauh lebih baik dari yang sekarang, buktikan bahwa kelak engkau bisa lebih bermanfaat dari yang sekarang, buktikan bahwa kelas engkau lebih dibutuhkan dari sekarang.
Tunggulah waktunya. Jangan sampai, kelak ketika nyawamu lepas dari raga, orang-orang mengucapkan pujian karena semua keburukan yang ada pada dirimu akan hilang bersama kematianmu. Jangan sampai orang akan bersyukur karena bersebab kematianmu. Itu adalah sebuah musibah yang justru akan menimpa ahli warismu.
Tunggulah waktunya. Engkau harus membuktikan, ketika nyawamu berpisah dari ragamu, seluruh orang-orang akan mengenang kebaikanmu, seluruh manusia akan menangis karena kehilangan orang yang selama ini dibutuhkan. Bahkan kebaikanmu akan menjadi inspirasi orang lain berbuat kebaikan yang serupa, amal jariyahmu akan berdampak sosial di masyarakat, sehingga pahala kebaikan itu tidak akan pernah putus mengalir kepadamu.
Tunggulah waktunya. Buktikan bahwa kelak, engkau lebih baik dari yang sekarang.
Wallahu a'lam bishawab
TMT
Post a Comment