Inilah Sikap Isteri Jika Hadapi Suami Pelit
Oleh
Guntara Nugraha Adiana
SEORANG wanita bertanya bagaimana jika
menghadapi suami yang baik kepada orangtua sendiri tapi tidak baik kepada
istri?
Jika ada seorang
lelaki atau suami yang begitu taat pada orangtuanya akan tetapi begitu keras
dan pelit terhadap istri serta anak-anaknya, bahkan kurang pandai untuk
menghormati keluarga dari pihak istrinya, apa yang harus dilakukan seorang
isteri ?
Seorang isteri
diperkenankan mengambil harta suami tanpa sepengetahuannya sebanyak yang ia
butuhkan bersama anak-anaknya dengan cara yang baik dan tidak berlebih-lebihan,
dengan syarat jika sang suami tersebut memang dikenal pelit atau tidak
memberikan nafkah yang cukup kepadanya padahal suaminya mampu.
Hal ini
berdasarkan sebuah hadits shahih dari Aisyah ra yang menyatakan bahwa Hindun
binti Utbah pernah mengadu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
“ Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Abu Sufya (suamiku) tidak memberikan nafkah yang cukup kepadaku
dan kepada anak-anakku.”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ambillah
hartanya dengan cara yang ma’ruf sebanyak yang dibutuhkan olehmu dan
anak-anakmu.” (HR. Bukhari dan Muslmi/Muttafaq ‘alaih)
Syariat Mengandung
Maslahat
Dalam kasus di atas, yang perlu dikoreksi dari karakter suami
tersebut, bukan mempertanyakan ketaatannya pada orangtuanya, bagaimanapun juga
berbakti kepada kedua orangtua adalah perbuatan mulia.
Sama halnya dengan
perintah shalat, jika kita mendapati ada seseorang yang suka shalat tapi masih
suka berbuat maksiat dan suka menyakiti perasaan orang lain, maka yang
dipermasalahkan disini bukanlah perintah shalatnya akan tetapi sejauh mana ia
memahami dan memaknai akan pentingnya ibadah shalat.
Begitu juga saat
kita dapati jika ada seseorang yang sudah bergelar haji bahkan berkali-kali
pergi haji, tetapi kurang baik dengan tetangganya, masih suka menggunjing orang
lain, sombong dan kikir.
Permasalahannya
bukan pada kewajiban haji yang telah ditunaikannya, akan tetapi menyangkut
personal daripada orang yang pergi haji tersebut, karena tidak semua orang yang
pergi haji bisa mendapatkan haji yang mabrur, sama halnya saat seseorang duduk
di bangku sekolah tidak semuanya bisa mendapatkan gelar doktor karena ada saja
yang berhenti di tengah jalan karena kondisi ekonomi dan alasan lainnya, begitu
juga dengan para pedagang tentu tidak semua untung bahkan ada saja pedagang
yang gulung tikar karena mengalami kerugian atau tertipu oleh saingan bisnisnya.
Syariat Islam
dalam keadaan dan kondisi apapun tetap harus kita agungkan, karena ini adalah
perintah Tuhan. Syariat Islam sejatinya mendatangkan kemaslahatan bagi sesama
dan ajarannya menolak segala jenis kerusakan di muka bumi, manusia bisa saja
khilaf di dunia akan tetapi syariat Islam tetap memiliki keutamaan bagi yang
benar-benar melaksanakannya.
Karena semakin
seseorang taat kepada Tuhannya dan berbakti kepada orangtuanya maka semakin
baik pula hubungan sosial dengan keluarga, kerabat dan sesamanya, jika ada
orang yang kelihatannya sudah taat dan begitu berbakti kepada orangtua tapi
masih tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka yang jadi masalah adalah sejauh
mana ia pandai memahami akan tuntunan Tuhan dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Seharusnya semakin
baik agama seseorang, maka semakin maju pola hidup dan pola pikirnya, karena
Ajaran Islam bukan terletak pada simbol, atribut dan aneka pencitraan semata
melainkan lebih kepada sebuah nilai yang memberikan manfaat bagi dirinya dan
sesama.
Lalu bagaimana
jika sebaliknya? Jika orangtua dari suami kurang baik terhadap kita sebagai
menantu, apakah yang harus kita lakukan?
Kedudukan mertua
dalam Islam sama dengan orangtua kita walaupun mereka tidak melahirkan kita.
Mereka tetap harus dihormati sebagaimana kita menghormti kedua orang kita,
tiada pilihan selain bersabar disertai dengan doa yang tulus agar perbuatannya
bisa berubah. Kenapa demikian?
Karena tanpa
mertua, suami tidaklah akan terlahir ke dunia dan bisa menjadi pendamping hidup
kita saat ini. Maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah.
Mungkin saja
mertua sedikit cerewet atau berlaku sedikit galak merupakan karakternya sejak
lama, kadang kala dibalik kerasnya seseorang masih ada kebaikan yang tersimpan
di dalam hatinya.
Sayangnya manusia
sering cepat memvonis keadaan yang kurang berkenan dan kurang pandai mengambil
hikmah dari suatu kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
ÙˆَاللّÙ‡ُ غَالِبٌ عَÙ„َÙ‰ Ø£َÙ…ْرِÙ‡ِ ÙˆَÙ„َـكِÙ†َّ Ø£َÙƒْØ«َرَ النَّاسِ
لاَ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُÙˆ
“..Dan Allah berkuasa
terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS :
Yusuf ayat 21)
Maka tetaplah
bersabar selama kehormatan dan harga diri Anda tetap terjaga, toh mertua tidak
menyuruh kita kepada kemungkaran dan tidak pula melakukan kekerasan.
Tidak mudah memang
jika kenyataan ini benar-benar terjadi menimpa para kaum hawa, akan tetapi jika
belum dicoba maka akan semakin tidak mudah lagi, bersabarlah karena buah dari
kesabaran lebih manis daripada madu, bahkan rasa manisnya bisa menjadi penawar
kegundahan dan kegelisahan hati anda selama ini.
*) Guntara
Nugraha Adiana Poetra, Pimred kajian dunia Islam progresif di www.infoisco.com
**) Sumber www.hidayatullah.com

Post a Comment